Celah Busuk Kesempurnaan: Profesional, sempurna dan lurus di luar; Busuk, keji dan hina di dalam

Seberapa berat dan besar kebencian dan rasa muak yang pernah kau berikan pada seseorang? Sejauh manakah kau membencinya? Apa yang membuatmu menjadi begitu sangat sangat membencinya?

Apakah perasaan yang kau miliki terhadapnya hanyalah benci? Ataukah kau menemukan sosok lain di dalam dirinya yang membuatmu menjadi tidak lagi terlalu membencinya?

Kejadian buruk yang menimpa kita, tentu saja bukanlah hal yang kita inginkan. Terutama apabila masalah tersebut terkait dengan orang lain.

Entah kesalahan fatal tak termaafkan apakah yang membuatmu menjadi muak hanya dengan melihat wajahnya, bahkan ketika ia memasang ekspresi senyumnya yang sebenernya hanyalah sebuah topeng untuk menutupi wajah dari kepribadian busuknya.

Terlebih membuatmu bisa mual dan muntah hanya ketika kau mendengar namanya, atau ketika secara tak sengaja mengingat dan membayangkan wajahnya. If somebody said someone is bad, than this kind of person is the worst.

Bahkan terlebih ketika orang tersebut adalah sosok yang dikagumi oleh banyak orang, sosok yang dinilai luar biasa bagus, bersinar dan melejit tinggi sehingga menjadikannya orang yang nampaknya wajar untuk menjadi seorang panutan.

Kesempurnaannya dalam menutupi setiap aroma busuk yang keluar dari tindakan kotor dan keji yang tak dapat dibayangkan ternyata ada dalam dunia nyata.

Di balik dari setiap kesempurnaan kehidupan yang ia miliki, bahkan membuatmu tidak akan pernah terpikir sedikitpun bahwa ia adalah ternyata memiliki pikiran kotor dan busuk yang sudah menjadi sebuah tindakan paling brengsek yang pernah kau temui dalam kehidupanmu selama ini. Keterkejutan akan dirimu ketika mengetahui bahwa ada orang yang serendah itu. 

Harvey Dent (Two Face) - Batman Telltale

Fakta-fakta mengenai kelakuan busuk yang sangat berhasil ia sembunyikan dari keluarganya, kolega kerja, kawannya, atasan dan bawahannya.

Ketika ia menciptakan sosok korban dalam tindakannya, yang entah secara sengaja atau tidak telah menariknya dalam jurang kebusukan dan merendahkan menginjak harga dirinya, merusak mindset, pola pikir, bahkan pandangannya akan kehidupan.

Menimbulkan kesedihan, kebencian, muak, takut, putus asa terhadap tidak hanya pada satu orang yang menjadi penyebabnya, melainkan pada semua sosok manusia lainnya.

Terlebih ketika sosok korban itu berada dalam kondisi dimana ia tidak mungkin untuk melakukan suatu tindakan perlawanan, sehingga ia hanya diam dan terus menerus menerima perlakuan busuk dari si pelaku.

Kenyataannya, banyak situasi yang memaksa orang untuk terus berada dalam kondisi yang bahkan secara sadar ia ketahui telah merusak dirinya, mental dan jiwanya.

Bahkan bisa menjadikannya gila, Keterpaksaan dan tidak adanya pilihan (dalam cara pandangnya) yang menyebabkan ia tidak mampu untuk lepas dari cengkraman pemangsa keji nan hina yang menyelimuti kehidupannya.

Emosi yang merusak, tangisan kesedihan penuh kebencian yang diselingi dengan diam dan tawa yang entah muncul dari mana. Kegilaan yang tidak pernah ia sangkakan ternyata hadir dalam kehidupannya.

Rasa muak yang bercampur dengan segala emosi negatif lainnya yang menjadikan dirinya mau tidak mau memakai topeng kebahagiaan penuh canda dan tawa di hadapan kawan dekat dan orang di sekelilingnya, saat sebenernya hatinya sedang sedih penuh luka karena digerogoti sebuah parasit bengis yang mulai menyisakan noda dan menghitamkan hati bersihnya.

Trauma psikologis yang ia rasakan menjadikannya kehilangan kepercayaan terhadap sosok manusia lainnya, yang sejatinya ia ketahui bahwa tidak semua orang sebusuk sosok yang telah meracuni hatinya.

Ketakutannya bahwa hal yang sama akan terulang kembali, membuatnya semakin menutup diri dan menjadikannya memukul rata bahwa semua orang sama busuknya, sehingga ia tidak mau lagi membuka hatinya pada siapapun di dunia ini.

Beruntung ketika sang korban memiliki seorang kawan dekat, sahabat hati, yang mungkin adalah sosok yang mengetahui persis bagaimana, apa, kapan atau segala jenis pertanyaannya lainnya, mengenai berlangsungnya tindakan keji seorang pelaku tersebut, terlebih ketika ia pun juga mengenal dan mengetahui betul siapa dan bagaimana sempurnanya si pelaku bersikap di permukaan.

Mungkin akan menjadi satu bentuk support dukungan moral paling utama yang bisa didapatkan oleh sang korban. Sebagai pertolongan pertama yang paling mudah yang dapat ia jangkau.

Meski begitu, sekalipun saat sang kawan dekat ini mengetahuinya, kondisi dan situasi juga menjadikan ia tidak dapat melakukan tindakan apapun untuk mencegah berlangsungnya tindakan kotor si pelaku.

Satu hal yang paling bisa dilakukan hanyalah bantuan moral seperti mendengarkan sang korban menceritakan kisah berat yang dialaminya, setidaknya sedikit banyak membantu mengurangi kegilaan dan emosi tak terkontrolnya.

Virus kebencian pun menyebar, dan sang kawan pun mulai memandang dengan tatapan penuh kebencian terhadap sosok hebat tadi. Rasa muak yang memuncak, yang secara tidak langsung mulai mempengaruhi kesehatan pikirannya, kemudian kesehatan fisiknya.

Kemudian virus dan parasit ini akan terus merusak dan menyebar apabila tidak segera ditemukan vaksinnya, apabila tidak segera disingkirkan penyebabnya.

Apakah tindakan terbaik yang seharusnya dilakukan oleh sang korban? Perlukah ia sampai harus membuka semua aib dan mempermalukan si pelaku, merusak reputasi dan kehidupan gemilangnya dengan cara menyebar semua bukti-bukti kebusukan tindakannya?

Apakah penyelesaian dengan cara ini benar? Apakah kepuasan setelah membalas dendam adalah perasaan lega yang sesungguhnya? Apakah memang cuma balas dendam jalan keluar yang sesungguhnya?

Apakah memang cuma itu caranya, dengan menghancurkan kehidupan orang lain yang telah menghancurkan hidup kita? Bukankah itu hanya akan menjadikan indikasi bahwa kita sama busuknya dengan si pelaku? Tidak adakah jalan keluar yang lebih elegan tuk dilaksanakan?

Pertanyaan besar dalam kehidupan kita saat ini, apakah benar kita tidak bisa melakukan apapun terhadap kejadian buruk yang menimpa kita? Apakah kita hanyalah akan terus menjadi seorang korban dari takdir kehidupan?

Apakah benar kita tidak dapat hidup seperti apa yang kita impikan, seperti apa yang kita inginkan? Bahkan pertanyaan yang sering kudengar, Apakah kita memang tidak layak untuk hidup bahagia?

Ceritakan bagaimana kisahmu dan bagaimana kau menanganinya, setiap dari apa yang kau sampaikan akan membantu kita untuk belajar lebih dalam dan semakin memahami bagaimana hubungan antar manusia tersebut. Dengan cara menjadi kontributor untuk situs ini dengan cara mengirimkan ceritamu ke Kirim Kisahku