ads-header

header ads
header ads

Menghadapi Kesalahan : Bagaimana sikap dan pandangan kita terhadap mereka yang melakukan sebuah kesalahan?

Siapa yang menyangka bila Kita dilahirkan di sebuah negara yang suka memojokkan orang lain, apalagi bila seseorang atau kelompok tersebut melakukan sebuah kesalahan.

Sekalipun bila mereka telah mengakui kesalahannya bahkan ketika mereka telah meminta maaf. Banyak diantara Kita yang masih memojokkannya.

Portgas D. Ace - One Piece
Ini sungguh menyedihkan karena apa yang telah mereka perbuat hanyalah menjadikan seseorang memendam rasa dendam yang mendalam.

Terkecuali bila yang mereka pojokkan adalah seseorang yang tidak ingin membuat masalah, efek yang terjadi bisa jadi justru membuatnya semakin buruk, yakni ia akan menjadi seseorang yang diam tak berbicara, tak berani mengungkapkan isi hati atau pikirannya.

Bahkan ketika ia yakin bahwa apa yang ada dibenaknya adalah sesuatu yang sangat ia yakini kebenarannya, sesuatu yang ia yakini tidak akan ada orang lain yang menentangnya.

Lantas, jadi apa orang ini kedepannya, berikutnya, bila ia melakukan kesalahan lagi, karena trauma terhadap efek yang ditimbulkan ketika kesalahannya diketahui orang lain, baik ketika ia jujur apalagi ketika kesalahannya diketahui orang lain bukan melalui dirinya sendiri.

Ia bungkam,, bila ada seseorang yang menanyakannya ia akan berusaha berbohong sebaik mungkin untuk menutupi kesalahannya, bahkan ketika bukti-bukti dan saksi telah dikumpulkan dan semuanya mengarah pada dirinya sebagai seseorang yang bersalah.

Ia tetap tidak mau mengakuinya. Dia telah membangun dinding psikologis yang kuat.

Kalau terus seperti ini yang terjadi, maka akan jadi apa negeri Kita yang tercinta ini. Awal kejadiannya terjadi bahkan ketika Kita masih kecil, sedikit kesalahan yang kita perbuat, Banyak di antara sekian banyak lagi orang tua lainnya akan menyalahkan anaknya bahkan menghukumnya agar ia jera.

Tetapi apakah hal tersebut efektif? Tidak, sama sekali tidak, yang dilakukan orang tua tersebut hanyalah menjadikan anaknya menjadi seorang pengecut. Pengecut yang melakukan tindakan tak bertanggung jawab, karena telah dididik untuk takut terhadap hukuman yang akan diberikan.

Ups, dan parahnya ia akan menjadi seorang pengecut yang tidak berani melakukan sesuatu apapun karena takut kalau perbuatannya adalah sebuah kesalahan. Sekelas Anak SD diperintahkan untuk angkat tangan bagi siapapun yang tahu jawaban yang benar. 

Sejak awal sudah mencari seseorang yang bisa menjawab dengan benar, coba dipikir dan ditelaah, bagaimana mungkin anak kecil yang belum lama hidup di dunia ini mengetahui sesuatu tersebut benar atau salah bila tidak pernah mencobanya atau apabila sebelumnya telah ada yang memberitahunya. 

Seharusnya guru tersebut menanyakan siapa yang berani menjawab pertanyaannya, bukan siapa yang bisa menjawab dengan benar. 

Kemudian ketika ada seorang yang mengajukan diri untuk menjawabnya, apabila jawabnya benar, ia disanjung, mungkin, tapi ada juga yang mengejeknya 


"Sombong, mentang-mentang bisa jawab..", 

yang mengakibatkan dia tidak akan menjawab lagi walau tahu ia benar hanya karena takut akan dibilang sombong. 

Kemungkinan kedua yang terjadi adalah bila sang anak menjawab dengan salah. Maka, efeknya lebih buruk lagi, ia dikatain, diejek lebih buruk lagi 


"Hahaha, ga bisa jawab aja berani maju, huuuu". 

Sehingga ia akan berpikir 


"Kalau aku tahu bakal seperti ini jadinya, aku tidak akan mengajukan diri menjawab pertanyaan tadi" 

dan ia tidak akan berani lagi untuk menjawab pertanyaan karena takut jawabannya salah. 

Selang waktu berlalu, di tahun-tahun berikutnya ketika berada di bangku SMA, ketika guru menanyakan sesuatu pada anak-anak di kelas, tidak akan ada seorangpun yang berani menunjuk jari, mengangkat tangan, karena trauma yang ia dapatkan ketika masih kecil. 

Lalu apa yang seharusnya Kita perbuat agar orang-orang tidak lagi takut untuk menyampaikan pendapat. Tidak lagi takut untuk mengakui kesalahan, dll. 

Ayolah kawan, cobalah untuk merubah sikap kita pada orang-orang yang bersalah, hukuman harus tetap ada, tetapi kita harus jujur, tahu sama tahu. 

Mereka tahu hukuman apa yang akan didapatkannya bila ia melakukan sesuatu kesalahan secara jelas, sehingga tidak akan ada urusan atau hukuman yang mengada-ada. 

Cobalah untuk membesarkan hati seseorang yang bersalah untuk mengakui kesalahannya dan menjalani hukumannya, buatlah agar harga dirinya tetap utuh bukannya mengejeknya atau mencaci-makinya sehingga merobohkan harga dirinya. 

Setidaknya kita aware, kita tahu dengan pasti apa yang kita perbuat, dan tahu apa akibat apa yang akan ditimbulkan dari apa yang telah kita perbuat, efeknya, dampaknya, baik secara sosial maupun secara hukum.

Bagaimana menurutmu, apa yang sebaiknya kita lakukan? Bagaimana pendapat kalian? Biarkan kita semua membacanya.

Semua dan setiap pendapatmu akan sangat berharga dan berarti untuk dibaca, dimengerti dan diambil pelajarannya. Kau pun bisa menceritakan pengalaman serupamu dengan cara menjadi kontributor untuk situs ini dengan cara mengirimkan kisahmu ke Kirim Kisahku


Terima Kasih telah membaca,

Posting Komentar

2 Komentar

  1. aa in seperti meceritakan perasaan yg serba salah, seperti saya sekali makanya saya sebagai anak smp ini saja udah seddiiiiikkiiiit anak-anak yg mau jawab pertanyaan guru yaa benar seperti yg dikatakan artikel tadi, semuanya jadi serba salah dan itu membuat orang jadi trauma untauk mencoba menjawab. (ya seperti saya ini wwwww) sekian.

    BalasHapus
  2. iya sih, itu nyata klo kita dari kecil udah ditanamkan mindset sperti itu..blum sempet punya data valid, tapi klo parameternya mengungkapkan pendapat emg semakin gede semakin jarang yang berani..serasa ada pikiran "klo salah gmn?" "trus ntar diejek temen2 lagi" dll. faktanya, blum semua orang paham lho metode penanaman kepribadian yang baik itu gimana. bahkan pada tingkat mahasiswa pun, masih banyak yang menganut "budaya" aja untuk membentuk karakter pemuda penerus bangsa.yaa...
    klise, tp emg harus dimulai dari dirisendiri sekarang juga..
    menanamkan pemikiran dan metode yg tepat..supaya kita jadi generasi yg "kaget" akan globaliasasi yg sdh trasa

    BalasHapus

Sampaikan pendapat dan pemikiranmu...